Monday 14 November 2016

Analisis Kebijakan Ekonomi Donald Trump dan Pengaruhnya Secara Global

Terpilihnya Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2016 mengejutkan seluruh dunia. Diluar prediksi, Donald Trump mengalahkan Hillary Clinton. Keberhasilan Trump memperoleh suara mayoritas Electoral College pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat menimbulkan respon yang beragam, utamanya respon negatif, dan respon tersebut terjadi di pasar modal dan pasar keuangan baik di domestik Amerika Serikat, dunia, termasuk di Indonesia. 
Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden ke 45 menimbulkan ketidakpastian pasar global. Disamping dengan hasil tersebut yang cukup mengejutkan, pasar global masih meraba-raba dalam memberikan respon yang tepat akan dampak dari terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden. Victory speech dari Donald Trump selepas pemilihan selesai dinilai oleh publik cukup meredakan kepanikan yang ada, namun pidato ini tentunya tidak bisa dijadikan acuan khususnya acuan bagi perekonomian global dalam menyikapi terpilihnya Donald Trump. Program-program ekonomi yang dicanangkan oleh Donald Trump selamanya kampanye tentunya bisa dijadikan acuan utama bagaimana pasar bisa merespon kebijakan ekonomi pemerintahan Donald Trump di masa mendatang setelah pengusaha real-estate tersebut dilantik menjadi Presiden.
Courtessy: presidential-candidates.insidegov.com
Analisis Kebijakan Ekonomi Donald Trump dan Pengaruhnya Secara Global
Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu target atau Key Performance Indicator dalam suatu pemerintahan. Hal tersebut menjadi isu utama bagi Donald Trump selama masa kampanye. Donald Trump mengkritik habis pemerintahan Obama karena dinilai gagal meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara optimal karena hanya mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dengan rata-rata 3 % selama masa pemerintahannya. Namun hal tersebut menurut perspektif kondisi perekonomian global masih dapat dimaklumi dikaenakan pada tahun 2008 Amerika Serikat dihantam dengan resesi ekonomi terbesar pasca skandal Watergate.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 3% di masa Obama, membuat Donald Trump dengan percaya diri mencanangkan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5% - 4% per tahun. Pertanyaannya, bagaimana Trump akan mencapai target capaian ekonomi tersebut ?
Dalam periode kampanye, program pertama yang dicanangkan adalah membuka 25 juta lapangan pekerjaan dalam 10 tahun. membuka lapangan pekerjaan dalam gambaran sederhananya tentu meningkatkan daya beli masyarakat sehingga dengan meningkatnya daya beli  roda perekonomian akan berputar yang pada akhirnya sasaran pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan pada akhirnya akan tercapai. Namun, dimanakah lapangan kerja sebesar itu akan dibuka oleh pemerintahan Donald Trump ? 
Trump mencanankan 25 Juta lapangan pekerjaan tersebut akan dibuka di sektor infrastruktur dengan menggaet sektor swasta dan melalui investasi dari pemerintah. Namun yang menjadi sorotan adalah ketika program investasi pemerintah di sektor infrastruktur tersebut dicanangkan, sementara di sisi lain Donald Trump mencanangkan untuk memotong pajak korporasi sebanyak 35% dan pajak pendapatan pribadi diturunkan sebesar 15%. Dari mana pendapatan pajak yang akan di investasikan di sektor infrastruktur tersebut akan didapat sementara tarif pajak diturunkan sedemikian rendah ? Asumsi selanjutnya yang muncul adalah dengan menumpukan harapan dari sektor swasta dimana dengan turunnya beban pajak, sektor swasta diharapkan lebih berani dalam melakukan Investasi disektor infrstruktur yang pada akhirnya dapat menyerap lapangan pekerjaan. Apakah asumsi tersebut benar ? tentunya pemerintahan Donald Trump nantilah yang akan membuktikan.
Courtessy: mirror.co.uk
Analisis Kebijakan Ekonomi Donald Trump dan Pengaruhnya Secara Global
Beralih ke sektor moneter, apa yang dicanangkan oleh Donald Trump pada sektor ini dengan tujuan menarik dana segar kembali masuk ke Amerika Serikat cukup memberikan kekhawatiran kepada negara-negara kategori emerging market termasuk Indonesia. kebijakan meningkatkan The Fed Fund Rate menjadi kekhawatiran utama bagi negara-negara emerging market. Dengan meningkatnya The Fed Fund Rate akan menimbulkan cash outflow dari emerging market yang secara pendanaan/investasi masih didominasi oleh dana luar negeri. Selanjutnya cash outflow dari negara-negara emerging market menjadi cash inflow/masuk ke pasar keuangan Amerika Serikat,  Dana masuk ke Amerika Serikat sehingga Dollar Amerika terapresiasi, hal sebaliknya membuat mata uang di negara-negara emerging market terdepresiasi. 
Faktor lain yang setidaknya cukup memberikan kekhawatiran kepada perekonomian global termasuk perekonomian Indonesia adalah dengan adanya rencana kebijakan Donald Trump menaikkan bea barang masuk ke Amerika Serikat, menolak North America Free Trade Agreement (NAFTA) dan Trans Pacific Partnership (TPP). Terlihat maksud dari kebiajakan ini adalah untuk memproteksi produksi barang dalam negeri agar kompetitif. Kebijakan ini membuat volume ekspor negara-negara pengekspor termasuk Indonesia ke Amerika Serikat terkontraksi. seperti diketahui, negara tujuan utama ekspor non-migas Indonesia adalah Amerika Serikat dengan nilai mencapai 10 Milyar Dollar Amerika.  
Dari serangkaian Kebijakan Ekonomi yang dicanangkan Donald Trump dimasa kepemimpinannya terlihat memang bermaksud untuk meningkatkan dan memproteksi perekonomian didalam negerinya. Apa yang dia gelorakan sesuai dengan tagline-nya "Make America Great Again" sepertinya cukup membius dan menggelorakan semangat nasionalisme bagi warga Amerika Serikat, namun sepertinya nasionalisme yang digelorakan seolah terlihat seperti nasionalisme yang kurang luas cakupannnya, terutama jika dihubungkan dengan pengambilan kebijakan ekonomi yang akan diambil, Karena dengan era globalisasi saat ini membuat perekonomian antar negara tidak bisa dipisahkan satu sama lain, dan Amerika sebagai raksasa perekonomian dunia tidak bisa menjadi Lone Winner. Apa yang terjadi pada perekonomian dunia akan berdampak pada Amerika Serikat dan begitupun sebaliknya. Donald Trump perlu lebih berkompromi agar kemenangan ekonomi bisa diraih tidak hanya oleh Amerika Serikat namun juga seluruh dunia terlebih lagi dengan krisis ekonomi dan krisis energi yang saat ini masih belum terselesaikan.  
      


   

No comments:

Post a Comment