Saturday, 19 November 2016

Outlook Ekonomi Indonesia 2017, Pemetaan Menuju Kesejahteraan Nasional


©GettyImages
Outlook Ekonomi Indonesia 2017, Pemetaan Menuju Kesejahteraan Nasional
Menyongsong tahun 2017, Indonesia menatap kondisi perekonomian nasional dengan target pertumbuhan pada angka 5,1% dan bahkan bisa mencapai angka 5,3% melalui serangkaian kebijakan seperti; perbaikan dan  pembangunan infrastruktur terintegrasi, deregulasi kebijakan investasi, penurunan tingkat suku bunga acuan, dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia.
Indonesia adalah negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Dewasa ini hampir tak ada satupun negara yang mengasingkan diri globalisasi perekonomian. Oleh karena itu, segala peristiwa yang tejadi di belahan dunia yang berkaitan dengan Sosial, Politik, Budaya, dan Keamanan akan sangat mempengaruhi perekonomian, baik menjadi peluang maupun ancaman.
Isu keamanan global khususnya gejolak yang terjadi di Timur Tengah turut mempengaruhi stabilitas perekonomian. Hal tersebut erat kaitannya dengan kebijakan geopolitik dua Negara adidaya Amerika Serikat dan Rusia dimana keduanya memiliki pemahaman bersebrangan terhadap krisis tersebut. Kondisi tersebut sedikit banyak mempengaruhi stabilitas perkonomian global baik itu perdagangan maupun nilai tukar, terlebih lagi Indonesia adalah Negara dengan soft currency dimana mata uang Rupiah gampang terpengaruh oleh mata uang hard currency  seperti Dollar Amerika, Euro, maupun Poundsterling.

©BBC
Outlook Ekonomi Indonesia 2017, Pemetaan Menuju Kesejahteraan Nasional
Terpilihnya Donald Trump turut berpotensi memberi ancaman bagi perekonomian Indonesia. Kebijakan ekonomi proteksionis yang dideklarasikan selama masa kampanye akan sangat berpengaruh kepada Negara-negara emerging market dimana Indonesia adalah salah satunya.
Kebijakan meningkatkan The Fed Fund Rate menjadi kekhawatiran utama bagi negara-negara emerging market. Dengan meningkatnya The Fed Fund Rate akan menimbulkan cash outflow dari emerging market yang secara investasi masih didominasi oleh dana luar negeri. Selanjutnya cash outflow dari negara-negara emerging market menjadi cash inflow ke pasar keuangan Amerika Serikat,  Dana masuk ke Amerika Serikat sehingga Dollar Amerika terapresiasi, hal sebaliknya membuat mata uang di negara-negara emerging market terdepresiasi.
Faktor lain yang setidaknya cukup memberikan kekhawatiran kepada perekonomian global termasuk perekonomian Indonesia adalah dengan adanya rencana kebijakan Donald Trump menaikkan bea barang masuk ke Amerika Serikat, menolak North America Free Trade Agreement (NAFTA) dan Trans Pacific Partnership (TPP). Terlihat maksud dari kebiajakan ini adalah untuk memproteksi produksi barang dalam negeri agar kompetitif. Kebijakan ini membuat volume ekspor negara-negara pengekspor termasuk Indonesia ke Amerika Serikat terkontraksi. seperti diketahui, negara tujuan utama ekspor non-migas Indonesia adalah Amerika Serikat dengan nilai mencapai 10 Milyar Dollar Amerika.

See Also: Analisis Kebijakan Ekonomi Donald Trump dan Pengaruhnya Secara Global

Di samping isu-isu tersebut, pertumbuhan ekonomi Tiongkok saat ini mengalami perlambatan. Hal tersebut turut menjadi ancaman bagi keberlangsungan ekonomi Indonesia. Tiongkok adalah salah satu Negara tujuan ekspor dan penyumbang arus modal masuk bagi Indonesia. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan memberikan pengaruh yang kurang baik di dalam negeri disamping risiko penyaluran kredit yang akhir-akhir ini semakin meningkat.
Rupiah sebagai mata uang dengan kategori soft currency tidak bisa dipungkiri  menjadi variabel yang dapat dikategorikan sebagai kelemahan bagi perekonomian Indonesia. Isu yang terjadi dengan adanya wacana peningkatan suku bunga acuan The Fed berpotensi akan membuat Rupiah sebagai fundamental perkonomian Indonesia mengalami pelemahan sehingga memberikan dampak yang kurang baik bagi perekonomian nasional.
Sumber Daya Manusia sebagai faktor penggerak perekonomian nasional selama ini dinilai masih lemah dan belum kompetitif. Sesuai Human Talent Report yang dirilis World Economic Forum (WEF), Indoesia menduduki peringkat ke 69, jauh tertinggal dengan Negara-negera dari Regional Asean lainnya seperti Singapura (24), Filipina(46), Malaysia (52), Thailand (57) dan Vietnam (59). Komitmen pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui serangkaian sertifikasi, peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan vokasi yang diharapkan akan mendongkrak kualitas SDM Indonesia dan merubah paradigma SDM Indonesia yang selama ini dinilai lemah menjadi SDM unggulan yang sekaligus memberikan potensi dan peluang untuk kemajuan Perekonomian Indonesia di masa mendatang.  
Meskipun dihadapkan pada ancaman dan berbagai kelemahan, sebagai salah satu kekuatan perekonomian dunia, Indonesia memiliki keunggulan dan kekuatan yang diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi hingga angka 5,3% sesuai dengan Outlook 2017 yang dirilis oleh Menko Perekonomian.
Kemampuan Indonesia untuk menjaga stabilitas perekonomian dalam negeri patut diapresiasi. Pertumbuhan perekonomian Indonesia yang berada pada kisaran 5% disumbang oleh kekuatan dari tingkat konsumsi rumah tangga dan Swasta. Hal ini pun tidak terlepas dari kepabilitas pemerintah yang mampu menjaga inflasi di angka 4% selama tahun 2016. Sumbangan dari belanja pemerintahan terutama di sektor infrastruktur berdampak luas pada semakin terbukanya lapangan pekerjaan, kemudahan distribusi dan juga menurunkan biaya operasional  sektor riil.  
Source: Menko Perekonomian
Outlook Ekonomi Indonesia 2017, Pemetaan Menuju Kesejahteraan Nasional
Kesuksesan pelaksanaan Tax Amnesty membuat Indonesia menjadi Negara pelaksana Tax Amnesty tersukses. Tax Amnesty berkontribusi mengembalikan dana dari luar negeri ke dalam negeri. Tax Amnesty berdampak pada peningkatan cadangan devisa dan penguatan mata uang rupiah terhadap mata uang di regional Asean. Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa Indonesia akhir September 2016 tercatat USD 115,7 miliar. Angka itu lebih tinggi USD 2,2miliar dibanding penghujung Agustus 2016 sejumlah USD 113,5 miliar. Peningkatan itu terutama dipengaruhi penerimaan cadangan devisa semacam penerimaan pajak dan devisa migas, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, dan hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas, melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo. Posisi cadangan devisa terkini cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Selan itu, BI menilai cadangan devisa itu mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan
Langkah-langkah konkrit dan komitmen Pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan Infrastruktur dari Sabang sampai Merauke dapat memberikan peluang bagi perekonomian Indonesia untuk  mencapai pertumbuhan ekonomi 5,3% dan juga mencapai pemerataan pebangunan yang berujung pada pemerataan perekonomian Indonesia.  Dengan proyek strategis Nasional 225 proyek infrastruktur nasional  dan realokasi belanja subsidi menjadi belanja infrastruktur  hingga 387,3 triliun Rupiah diarapkan memberikan Opportunity untuk kemajuan perekonomian Indonesia.
Source: Menko Perekonomian
Outlook Ekonomi Indonesia 2017, Pemetaan Menuju Kesejahteraan Nasional
Sebagai salah satu raksasa e-commerce dunia. Tingginya konsumsi digital di Indonesia menambah peluang untuk kemajuan perekonomian Indonesia dan menjadi sektor unggulan selain tentu saja sektor pariwisata yang berpotensi menyumbang devisa. Diharapkan cadangan devisa semakin bertambah seiring dengan semakin membaiknya kualitas infrastruktur yang menunjang sektor pariwisata.   
Semakin tidak menentunya iklim perekonomian global membuat  volatilitas arus modal dari luar negeri khusunya Investasi semakin tidak menentu. Sudah saatnya Indonesia menggerakan roda perekonomian secara mandiri dengan sedikit-demi sedikit mengurangi ketergantungan arus penanaman modal dari luar negeri.
Dengan membangkitkan sektor industri dan pertanian melalui komitmen perbaikan infrastruktur yang saat ini sedang berjalan, diharapkan dalam beberapa tahun kedepan Bangsa Indonesia akan menjadi "tuan rumah" di negeri sendiri dengan menguasai pasar yang kita miliki sendiri.
Semakin membaiknya Iklim perekonomian dalam negeri yang didukung melalui komitmen pemerintah untuk memperbaiki serangkaian kelemahan yang ada seperti Infrastruktur dan Sumber Daya Manusia, sudah menjadi kewajiban untuk seluruh Warga Negara Indonesia untuk berkomitmen menjaga stabilitas sosial, politik, budaya, pertahanan, dan keamanan sehingga, cita-cita luhur para pendiri Indonesia untuk menjamin kesejahteraan rakyat bisa tercapai.    
  

No comments:

Post a Comment